Thursday, January 8, 2009

Mulia-nya Posisimu Sayang

 “Ah,…Cuma ibu rumah tangga aja kok!”

Written by Ummu Raihanah

“Ah,…Cuma ibu rumah tangga aja kok!” dengan malu-malu dan tersipu
seorang akhwat menjawab pertanyaan kawannya tentang aktifitas apa yang
di gelutinya sekarang. Sedangkan di kalangan ikhwan yang pernah
penulis temui, ada diantara mereka yang malu untuk menjawab profesi
istrinya bila istrinya bukan seorang dokter, insinyur, guru, atau
profesi terhormat lainnya. Maka jawaban yang muncul adalah :” biasa di
rumah saja, mengurus anak-anak, Cuma ibu RT aja,… ga ada aktifitas
lainnya!” Duh,sebegitu hinakah profesi ini ?
Padahal ketika penulis berinteraksi dengan wanita barat sewaktu di
negeri Kanguru diantara mereka ada yang menjawab, “Wow, profesi yang
hebat tidak semua wanita mau menekuninya, I can’t do that!”
Ya,..karena mereka melihat betapa sulitnya untuk menjadi istri
sekaligus ibu yang baik bagi anak-anak. Saking beratnya, mereka
memilih memasukkan anak-anak mereka di child care. Anda akan melihat
dengan mata kepala sendiri panjangnya daftar antrian para orangtua
yang ingin memasukkan anak-anak mereka ke tempat penitipan anak
(childcare). Anda harus menunggu minimal selama 6 bulan sebelum nama
anak anda di panggil*. Rata-rata mereka memilih bekerja daripada
mengasuh anak dirumah. Suatu fakta yang tidak bisa di pungkiri bahwa
para ibu dikalangan wanita barat memilih “melarikan diri” dari tugas
dan tanggungjawabnya sebagai ibu dengan bekerja. Mereka bilang kepada
penulis lebih mudah bekerja daripada tinggal dirumah mengasuh
anak.Mengasuh anak membuatku stress! Itu yang penulis dengar. Bukankah
itu suatu bukti bahwa mengurus anak-anak adalah suatu pekerjaan dan
tanggung jawab yang berat? Lalu dimana penghargaan masyarakat kita
terhadap ibu? Terlebih suami?
Itu baru dilihat dari satu sisi saja,…tidakkah anda melihat bahwa
seorang istri atau ibu dirumah tidak pernah berhenti dari
tugasnya?.Jika para suami mempunyai jam kerja yang terbatas antara
8-10 jam misalnya maka sesungguhnya seorang ibu rumah tangga mempunyai
jam kerja yang lebih panjang yaitu selama 24 jam. Ia harus standby
(selalu siap) kapan saja diperlukan. Bila diantara anggota keluarga
ada yang sakit, siapakah yang bergerak terlebih dahulu? Bukankan
seorang ibu/istri adalah dokter pribadi sekaligus perawat (suster)
bagi suami dan anak-anaknya? Karena beliaulah yang akan berusaha
meringankan beban sakit “sang pasien” dirumah sebelum di bawa kerumah
sakit (yang sebenarnya) apabila ternyata sang ibu tidak sanggup
mengobatinya. Pernahkah anda memikirkan berapa jumlah uang yang harus
anda keluarkan untuk membayar seorang dokter dan perawat pribadi
dirumah anda?
ukankah seorang ibu juga seorang psikolog? Karena tentu anda melihat
sendiri kenyataan ketika datang anak-anak mengeluh dan mengadu atas
kesusahan atau penderitaan yang mereka alami maka sang ibu berusaha
mencari jalan keluar dengan saran, nasehat dan belaian kasih sayang.
Begitupula suami ketika merasa resah dan gelisah bukankah istri
menjadi tempat curahan? Tak jarang para istri membantu suami
meringankan dan memberi jalan keluar terhadap masalah yang sedang
dihadapinya. Penulis lihat sendiri betapa mahalnya bayaran seorang
psikolog di Australia ada diantara mereka yang harus membayar $100
perjam dan tentu saja tidak ada jaminan mereka bisa membantu
menyelesaikan masalah yang sedang anda hadapi.
Bukankan seorang istri/ibu dituntut untuk pandai memasak? Pernahkah
anda membayangkan wahai para suami, anda memiliki juru masak dirumah
yang selalu siap anda perintah kapan saja anda mau. Anda memiliki juru
masak pribadi dirumah, ketika anda pulang ke rumah maka hidangan lezat
tersedia bagimu dan juga untuk anak-anakmu. Pernahkah anda
membayangkan berapa juta uang yang harus anda keluarkan untuk
mengundang juru masak pribadi datang kerumah anda?
Masih banyak sisi lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu. Anda tentu pernah membaca syair Arab yang sangat terkenal
yang berbunyi :” Al-Ummu madrasatun idza a’dadtaha ‘adadta sya’ban
tayyibul ‘araq” maknanya “seorang ibu adalah sebuah sekolah. Jika
engkau persiapkan dia dengan baik maka sungguh engkau telah
mempersiapkan sebuah generasi yang unggul”. Ditangan ibulah masa depan
generasi sebuah bangsa.Karena itulah islam sangat menghormati dan
menghargai profesi ini. Kenyataan yang tidak bisa di pungkiri bahwa
kedudukan ibu tiga kali lebih tinggi dibandingkan sang ayah.** Karena
Islam melihat tanggung jawab yang berat yang di emban seorang ibu, itu
menandakan bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga adalah profesi yang
mulia dan sangat terhormat. Lalu mengapa kita masih malu ya ukhti??
Ayo,..angkatlah wajahmu dan katakan dengan bangga bahwa aku adalah
seorang “ibu rumah tangga!!” sebuah profesi yang sangat berat dan
tentu saja pahala yang sangat besar Allah sediakan untukmu. Al-jaza’u
min jinsil amal artinya balasan tergantung dari amal/perbuatan yang ia
lakukan.Semakin berat atau sulit sebuah amal dilakukan seorang hamba
maka pahala yang akan didapatinya pun semakin besar. Wallahu a’lam
bisshawwab

Footnote:
*Tak jarang para orang tua ada yang harus menunggu selama 1 tahun
karena penuh dan banyaknya antrian (waiting list) dari tahun
sebelumnya.
**Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia menceritakan, ada seorang
yang datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam seraya
bertanya :”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya
pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab: Ibumu! Orang itu bertanya
lagi: “Lalu siapa?” Ibumu! Jawab beliau. Lalu siapa lagi? Tanya orang
itu, Beliaupun menjawab: Ibumu!, Selanjutnya bertanya:”Lalu siapa?”
Beliau menjawab: Ayahmu” (Mutaffaqun Alaih).
Imam Nawawi mengatakan; Hadits tersebut memerintahkan agar senantiasa
berbuat baik kepada kaum kerabat dan yang paling berhak mendapatkannya
diantara mereka adalah ibu, lalu ayah dan selanjutnya orang-orang
terdekat.
Didahulukannya ibu dari mereka itu karena banyaknya pengorbanan,
pengabdian, kasih sayang yang telah diberikannya. Dan, karena seorang
ibu telah mengandung, menyusui, mendidik, dan tugas lainnya” tutur
para ulama (lihat Al-Jami’ Fi fiqh Nisa bab birru walidain Syaikh
Kamil ‘Uwaidah)
Muraja’ah oleh : Ustadz Eko Hariyanto Lc

No comments:

Post a Comment